Misa Tridentina -
Komentar Singkat
Oleh Anta
Ramadhan.
Misa
Tridentina adalah salah bentuk atau Forma Misa tradisional yang digunakan pada
masa konsili Trente tahun 1545. Bentuk misa ini pada umumnya memiliki ciri khas
yaitu altar yang menghadap timur atau Ad Orientem melekat pada dinding,
dan umat berada di belakang imam [sedangkan sekarang misa dilakukan dengan imam
menghadap umat].
Hingga
memasuki masa-masa konsili Vatikan II misa Tridentina atau lebih dikenal dengan
misa Latin tradisional masih digunakan, walau sudah ada beberapa perombakan
dari bentuk pertama. Di Indonesia khususnya misa Tridentina menggunakan apa
yang disebut Missale Romanum 1962, dalam buku Missale tersebut dengan rinci
menjelaskan bagaimana misa harus dirayakan, serta proprium-proprium untuk masa
biasa, masa khusus, hari raya dan peringatan.
Keunggulan
Misa ini adalah keindahan dan keagungan yang terkandung di dalamnya, mazmur,
nyanyian, Gradual, Alleluia, Antifon, semuanya dibawakan dengan indah dengan
langgam nyanyian Gregorian. Tata gerak pun diperhatikan dengan teliti dan
gerakan pun dilakukan dengan penuh penghayatan. Namun selain keunggulan, misa
tridentina latin ini mempunyai kekurangan, dimana imam menghadap altar dan
membelakangi umat, serta letak antara Altar dan panti umat begitu jauh,
sehingga mengakibatkan peran aktif umat menjadi kurang, selain ikut bernyanyi
saja. Pertisipasi umat dalam gerak dan doa pun kurang, sehingga dalam konsili
Vatikan II dalam konstitusinya tentang liturgi suci atau Sacrosanctum
Consilium mengatakan bahwa dalam liturgi suci, khusunya dalam perayaan Ekaristi
hendaknya ada pertisipasi aktif dari umat, sehingga umat tidak lagi menjadi
penonton pasif.
Pasca
Konsili Vatikan II, kebanyakan Gereja yang telah memimiliki altar Orientem atau
yang melekat pada tembok, segera membangun altar baru yang tidak melekat pada
tembok, dan berada di tengah-tengah antara panti Imam dan Umat, serta dalam IGMR
atau Instituio Generalis Missale Romanum yang baru dijelaskan bahwa
Tabernakel tidak berada di atas altar, tetapi terpisah atau berdiri sendiri,
sehingga altar baru adalah meja perjamuan yang sesungguhnya.
Misa
yang dirayakan pada zaman modern ini adalah hasil perubahan dari Misa
Tridentina, banyak doa yang disederhakan, nyanyian Ordinarium pun lebih
sederhana dan mudah dibawakan terutama bagi umat, lalu dalam misa modern pula
partisipasi umat dalam perayaan Ekaristi pun terlihat dengan jelas.
Akan
tetapi kembali kepada inti pembicaraan kita, Misa Tridentina dengan keindahan
dan keluhurannya itu tetap menjadi salah satu daya tarik umat Gereja pada zaman
modern ini, tahun 2007 Bapa Suci Benediktus XVI dalam Summorum Pontificum-nya
pada tanggal 14 September 2007 pada pesta Salib Suci, memaklumkan untuk Misa
Tridentina dapat dirayakan kembali, salah satunya adalah dengan dirayakannya
kembali ritus Tridentina yang lebih dari 1500 tahun lalu dirayakan.
Salah
satu responnya adalah dengan adanya website tentang misa tridentina dan
berbagai sumber tertulis dan multi media tersedia yang berkenaan dengan Misa
Tridentina, saya sering membuka website tersebut, di www.sanctamissa.org situs ini berisi tentang
ritus Tridentina. Selamat merayakan Misa Tradisional Latin, selamat merayakan
misteri agung iman kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar