MENGENAL RITUS TRIDENTINA
(BAGIAN II)
MISA KETEKUMENAT
Misa
katekumenat adalah salah satu bagian utama dalam rangka Misa Tridentina,
mengapa disebut Misa Katekumenat, karena pada bagian misa ini para katekumen
masih diperbolehkan mengikuti misa, hingga usai Credo. Setelah Misa
katekumenat dilanjutkan dengan misa orang beriman, maksudnya ialah bahwa yang
dapat mengikuti bagian kedua misa ini adalah mereka yang telah dinyatakan
beriman, yaitu telah dibaptis dan menerima komuni pertama. Sedangkan para
ketekumen pergi meninggalkan tempat misa. Bandingkan juga dengan Liturgi Ilahi
St. Yohanes Krisostomus dalam ritus Timur, setelah Khotbah, diakon mengangkat
litani, “Marilah dalam damai, kita berdoa kepada Allah, untuk para katekumen…”
setelah litani katekumenat ini, diakon berkata, “… Tinggalkanlah, tinggalkanlah
tempat ini para katekumen, hendaknya tidak ada lagi katekumen berada di tempat
ini.”
1. Ketika imam sudah berada di kaki altar, imam mengatupkan
tangannya di dada, dengan jempol kanan berada di atas jempol kiri.[1]
Dengan kepala yang terbuka, bersama [para] peyalan altar, dengan suara yang
jelas membuat tanda salib:
In nómine Patris, ✠ et Fílii, et Spíritus Sancti. Amen.
Setiap kali
imam membuat tanda salib pada dirinya sendiri, tangan kiri menebah dada. Dan
ketika imam membuat berkat di atas altar, tangan kiri menyentuh altar. Sebagai
catatan, mulai dari permulaan misa, hingga sebelum konsekrasi, hendaknya tangan
tidak menyentuh korporal.
2. Dengan tangan terkatup imam melanjutkan:
Introíbo ad altáre Dei.
Pelayan altar
menjawab:
Ad Deum qui
lætíficat iuventútem meam.
Imam, bersama
pelayan altar mendaraskan Mazmur 42 bergantian, dan pada kata Gloria Patri,
et Filio… imam dan pelayan altar mebungkuk. Mazmur ini tidak pernah
dihilangkan, kecuali pada misa arwah, Minggu Sengsara (Prapaskah 5) hingga
kamis putih. Tapi antiphon pembuka intoribo ad altare Dei…, tetap
diucapkan, dan langsung menyusul Adiutorium nostrum in nomine… Dan
selebihnya sama, kecuali diatur lain.
V Iúdica me, Deus, et
discérne causam meam de gente non sancta: ab hómine iníquo, et dolóso érue me.
R Quia tu es, Deus,
fortitúdo mea: quare me repulísti, et quare tristis incédo, dum afflígit me
inimícus?
V Emítte lucem tuam, et veritátem tuam:
ipsa me deduxérunt, et aduxérunt in montem sanctum tuum, et in tabernácula tua.
R Et introíbo ad
altáre Dei: ad Deum qui lætíficat iuventútem meam.
V Confitébor tibi in cíthara, Deus, Deus
meus: quare tristis es, ánima mea, et quare contúrbas me?
R Spera in Deo, quóniam adhuc confitébor
illi: salutáre vultus mei, et Deus meus.
V Glória Patri, et
Fílio, et Spirítui Sancto.
R Sicut erat in
princípio et nunc, et semper, et in sæcula sæculórum. Amen.
V Introíbo ad altáre
Dei.
R Ad Deum qui lætíficat iuventútem meam.
3. Sesudah antiphon Introíbo ad altáre Dei. Imam membuat
tanda salib, demikian juga pelayan altar:
V Adiutorium nostrum ✠ in nomine Domini.
R Qui fecit cælum et
terram.
Pertama, imam
membungkuk dan mengucapkan Confiteor, pada kata mea culpa, imam
menebah dada tiga kali:
Confíteor Deo
omnipoténti, beátæ Maríæ semper Vírgini, beáto Michaéli Archángelo, beáto
Ioanni Baptístæ, sanctis Apóstolis Petro et Paulo, ómnibus Sanctis, et vobis,
fratres: quia peccávi nimis cogitatióne, verbo et ópere: (percutit sibi
pectus ter, dicens) mea culpa, mea culpa, mea máxima culpa. Ideo precor
beátam Maríam semper Vírginem, beátum Michaélem Archángelum, beátum Ioánnem
Baptístam, sanctos Apóstolos Petrum et Paulum, omnes Sanctos, et vos, fratres,
oráre pro me ad Dóminum Deum nostrum.
Pelayan altar, mencondongkan diri ke arah imam, dan berkata:
Misereátur tui
omnípotens Deus, et dimíssis peccátis tuis, perdúcat te ad vitam ætérnam.
Imam berdiri tegak kembali sambil berkata:
Amen.
4. Setelah itu, pelayan altar membungkuk, dan membuat hal yang sama
dengan imam:
Confíteor Deo
omnipoténti, beátæ Maríæ semper Vírgini, beáto Michaéli Archángelo, beáto
Ioanni Baptístæ, sanctis Apóstolis Petro et Paulo, ómnibus Sanctis, et tibi,
pater: quia peccávi nimis cogitatióne, verbo et ópere: (percutit sibi
pectus ter, dicens) mea culpa, mea culpa, mea máxima culpa. Ideo precor
beátam Maríam semper Vírginem, beátum Michaélem Archángelum, beátum Ioánnem
Baptístam, sanctos Apóstolos Petrum et Paulum, omnes Sanctos, et tibi, pater,
oráre pro me ad Dóminum Deum nostrum.
Imam menjawab:
Misereátur vestri
omnípotens Deus, et dimíssis peccátis vestris, perdúcat vos ad
vitam ætérnam.
Pelayan altar tegak kembali sambil berkata:
Amen.
5. Imam membuat tanda salib, demikian juga pelayan altar:
Indulgentiam, ✠ absolutionnem, et remissionem peccatorum nostrorum, tribuat nobis
omnipotens et misericors Dominus.
Pelayan altar menjawab:
Amen.
6. Imam menundukkan kepala melanjutkan:
V Deus, tu conversus vivificabis
nos.
R Et plebs tea
lætabitur in te.
V Ostende nobis,
Domine, misericordiam tuam.
R Et salutare tuum da
nobis.
V Domine, exaudi
orationem meam.
R Et clamor meus ad te veniat.
V Dominus vobiscum.
R Et cum spiritu tuo.
Imam membuka dan mengatupkan kembali tangannya:
V Oremus.
7. Imam naik kealtar sambil berdoa:
Aufer a nobis,
quæsumus, Domine, iniquitates nostras: ut ad Sancta sanctorum puris mereamur
mentibus introire. Per Christum Dominum nostrum. Amen.
Imam membungkuk
di depan altar, dengan tangan terkatup menyentuh altar[2],
menciumnya sambil berdoa:
Orámus te,
Dómine, per mérita Sanctórum tuórum, (Osculatur Altare in medio) quorum
relíquiæ hic sunt, et ómnium Sanctórum: ut indulgére dignéris ómnia peccáta
mea. Amen.
Pada kata quorum
relíquiæ hic sunt, imam mencium altar. Pada kata et ómnium Sanctórum: ut
indulgére dignéris ómnia peccáta mea. Amen. Imam berdiri tegak dan pergi ke
sisi Epistola untuk membaca introitus.
8. Jika Altar
akan didupai pelayan altar mendekati imam dengan membawa dupa dan turibulum
imam memberkati dupa:[3]
Ab illo benedicáris ✠, in
cuius honore cremáberis. Amen.
Untuk mendupai
altar lihat lampiran.
Setelah imam
mendupai altar, imam memberikan pendupaan kepada pelayan altar, dan imam
kemudian dari kaki altar, sisi Epistola; didupai oleh pelayan altar.
Pada misa arwah altar tidak didupai sebelum introitus tapi hanya pada
persembahan saja (offertorium).
I.
INTROITUS, KYRIE, GLORIA
1. Imam, setelah mengucapkan Aufer a nobis,
Orate Domine, dst, pergi ke sisi Epistola, dan sambil membuat tanda
salib pada dirinya sendiri – dalam misa arwah, imam membuat tanda salib di atas
Missale –, imam membaca bagian introitus, ketika mengucapkan Gloria
Patri, et Filii, et Spiritui Sancto, …¸ imam menundukkan kepala ke arah tabernakel
(atau salib), dan mengulang bagian awal dari introitus sebelum mazmur,
tanpa membuat tanda salib.
2. Setelah imam membaca introitus, imam dengan tangan
terkatup di dada, kembali ke tengah altar, dan bersama dengan pelayan altar
mengucapkan kyrie bergantian.
V Kýrie, eléison.
R Kýrie, eléison.
V Kýrie, eléison.
R Christe, eléison.
V Christe, eléison.
R Christe, eléison.
V Kýrie, eléison.
R Kýrie, eléison.
V Kýrie, eléison.
3. Setelah imam mengucapkan Kyirie, imam membuka tangannya
hingga batas bahu, dan mengatupkannya kembali, dengan suara yang jelas imam
berkata: Gloria in excelsis Deo. Ketika imam mengucapkan Deo imam
mengatupkan tangan, dan menundukkan kepala ke arah salib. Dengan berdiri tegak,
dan tangan terkatup imam melanjutkan madah kemuliaan.
Pada kata adoramus
te, Gratias agimus tibi, Iesu, suscipe deprecationem nostram imam
menundukkan kepala. Pada kata cum sancto spiritu imam membuat tanda
salib.
Glória in
excélsis Deo. Et in terra pax homínibus bonæ voluntátis. Laudámus te.
Benedícimus te. Adorámus te. Glorificámus te. Grátias ágimus tibi
propter magnam glóriam tuam. Dómine Deus, Rex coeléstis, Deus Pater omnípotens.
Dómine Fili unigénite, Iesu Christe. Dómine Deus, Agnus Dei, Fílius
Patris. Qui tollis peccáta mundi, miserére nobis. Qui tollis peccáta mundi, súscipe
deprecatiónem nostram. Qui sedes ad déxteram Patris, miserére nobis.
Quóniam tu solus Sanctus. Tu solus Dóminus. Tu solus Altíssimus, Iesu
Christe. Cum Sancto ✠
Spíritu in glória Dei Patris.
Amen.
Madah Gloria
tidak diucapkan pada: Misa arwah, masa advent, dan Prapaskah. Madah Gloria juga
hanya dibacakan jika ada petunjuk khusus bahwa Gloria in excelsis Deo
harus dibawakan.
II.
COLLECTA DAN EPISTOLA
1. Setelah imam
membawakan Gloria in excelsis Deo, imam mencium altar, mengahadap umat[4],
membuka tangan dan mengatupkannya kembali sambil berkata:
Dominus
vobiscum.
Pelayan altar
menjawab:
Et cum spiritu tuo.
Imam
pergi ke sisi Epistola, membuka tangan dan mengatupkannya kembali dan
berkata sambil menundukan kepala ke arah salib:
Oremus.[5]
Dengan tangan
terentang sebatas bahu, imam membacakan doa collecta. Pada kata per
Dominum nostrum, imam mengatupkan tangan, dan pada kata Iesu
menundukan kepala ke arah salib, dan meneruskan doa dengan tangan terkatup.
Pada akhir doa pelayan altar menjawab.
Amen.
Namun jika doa
diakhiri dengan kata qui tecum atau qui vivis, imam mengatupkan tangan pada
kata unitate.
(Per Dominum nostrum, Iesum Chrisutum, Filium tuum, qui tecum
vivit et regnat, in unitate Spiritus Sancti Deus, per omnia sæcula sæculorum.
Qui tecum vivit et regnat in unitate Spiritus Sancti Deus, per
omnia sæcula sæculorum.
Qui vivis et regnas cum Deo Patre in unitate Spiritus Sancti Deus,
per omnia sæcula sæculorum.)
Jika
ada misa votif dalam masa tertentu, maka doa misa tersebut dibacakan setelah
doa pada hari yang sangkutan dengan diawali dengan kata oremus oleh
imam. Selebihnya sama.
2. Imam membaca bacaan misa. Dengan kedua tangan menyentuh pinggir
Missale, dan pada Mazmur (graduale, alleluia, tractus) imam memegang (atau
menyentuh) bagian bawah Missale, atau jika lebih suka, imam dapat menyentuh
altar.
Ketika imam merubah posisi tangan pada Missale, pelayan altar
menjawab:
Deo gratias.
3. Setelah imam membaca bacaan misa, graduale dan Alleluia atau
tractus, imam pergi tengah altar, membungkuk dengan tangan terkatup, tanpa
menyentuh altar berdoa:
Munda cor meum
ac labia mea, omnípotens Deus, qui labia Isaíæ Prophétæ cálculo mundásti
igníto: ita me tua grata miseratióne dignáre mundáre, ut sanctum Evangélium
tuum digne váleam nuntiáre. Per Christum, Dóminum nostrum. Amen.
Imam melanjutkan:
Iube, domne,
benedicere. Dóminus sit in corde meo et in lábiis meo: ut digne et competénter
annúntiem Evangélium suum. Amen.
Doa ini tidak diucapkan pada misa arwah.
Ketika imam
berada di tengah altar untuk berdoa sebelum Injil, pelayan altar memindahkan
Missale dari kanan Altar ke kiri altar. Setiap kali pelayan altar melewati
bagian tengah kaki altar, hendaknya berlutut. Dan jika melewati imam,
membungkuk atau menundukkan kepala.
1. Imam pergi
ke sisi Injil, dan berkata:
Dóminus
vobíscum.
Pelayan altar
menjawab:
Et cum spíritu tuo.
Imam
melanjutkan:
Sequéntia (initium) sancti Evangélii secúndum ✠ NN.
Ketika imam
berkata Sequéntia atau initium imam membuat tanda salib pada
bagian bacaan Injil pada Missale. Pada kata sancti imam membuat tanda
salib kecil di dahi. Pada kata Evangélii secúndum membuat tanda salib
kecil di mulut, dan ketika imam menyebutkan nama Penulis Injil, imam membuat
tanda salib kecil di dada.
Pelayan altar menjawab:
Glória tibi, Dómine.
Imam membacakan
Injil dengan tangan terkatup. Pada akhir bacaan, pelayan altar berkata:
Laus tibi, Chrite.
Imam mencium
Missale pada bagian bacaan Injil sambil berkata dalam hati:
Per evangélica dicta, deleántur nostra delícta.
2. Imam, jika
hendak menyampai homili, melepaskan manipel dari tangan kirinya, menciumnya,
dan meletakkan di altar, di atas Missale. Imam turun ke kaki altar, berlutut
dan menuju mimbar atau tempat lain yang cocok untuk menyampaikan homili.[6]
3. Setelah
Homili, imam kembali ke tengah altar, dengan berlutut sebelumnya di kaki altar.
Dan mengenakan manipel.
Pada hari Minggu
atau Hari Raya biasa diucapkan Credo. Imam membuka tangan sebatas bahu
dan mengatupkanya kembali. Sambil berkata:
Credo in unum
Deum.
Pada kata Credo in unum, imam membuka tangan dan
mengatupkannya kembali. Pada kata Deum imam menundukkan kepala.[7]
Dengan tangan terkatup imam melanjutkan Credo. Pada kata Et
incarnátus est de Spíritu Sancto ex María Vírgine: Et homo factus est. Imam
berlutu dengan kedua tangan berada di atas altar. Dan pada kata Crucifíxus
étiam imam bangkit berdiri dan melanjutkan hingga akhir dengan tangan
terkatup.
Pada kata Iesum,
adoratur, imam menundukkan kepala. Pada kata et vitam membuat tanda
salib.
Credo in unum
Deum. Patrem omnipoténtem, factórem cæli et terræ, visibílium ómnium et
invisibílium. Et in unum Dóminum Iesum Christum, Fílium Dei unigénitum.
Et ex Patre natum ante ómnia sæcula. Deum de Deo, lumen de lúmine, Deum verum
de Deo vero. Génitum, non factum, consubstantiálem Patri: per quem ómnia facta
sunt. Qui propter nos hómines et propter nostram salútem descéndit de cælis. [genuflexi] Et
incarnátus est de Spíritu Sancto ex María Vírgine: Et homo factus est. [stantes]
Crucifíxus étiam pro nobis: sub Póntio Piláto passus, et sepúltus est. Et
resurréxit tértia die, secúndum Scriptúras. Et ascéndit in cælum: sedet ad
déxteram Patris. Et íterum ventúrus est cum glória iudicáre vivos et mórtuos:
cuius regni non erit finis. Et in Spíritum Sanctum, Dóminum et vivificántem:
qui ex Patre, Filióque procédit. Qui cum Patre, et Fílio simul adorátur,
et conglorifícatur: qui locútus est per Prophétas. Et unam, sanctam, cathólicam
et apostólicam Ecclésiam. Confíteor unum baptísma in remissiónem peccatorum. Et
expecto resurrectionem mortuorum. Et vitam ✠ ventúri sæculi.
Amen.[8]
Jika Credo tidak dibawakan, maka imam langsung melanjutkan kepada offertorium.
Kita lanjutkan dengan bagian III, dari
Offertorium hingga Canon. J
[1] Setiap saat,
ketika imam mengatupkan tangan dalam posisi ini, kecuali setelah konsekrasi
hingga selesai komuni umat.
[2] Ketika imam
menyentuh altar, pastikan untuk tidak menyentuh korporal. Tangan berada
di atas kain korporal setelah konsekrasi hingga akhir komuni.
[3] Jika altar akan
didupai, imam tidak beranjak dari tempat setelah doa oramus te domine, tapi
langsung memberkati dupa.
[4] Setiap kali
imam akan berbalik ke arah umat: setelah imam mencium altar, imam berputar ke
arah kanan mengahadap umat, membuka dan mengatupkan tangan seraya berkata: Dominus
vobis cum. Lalu di jawab oleh pelayan altar: et cum spiritu tuo.
Jika imam akan
membawakan doa collecta: imam memutar tubuhnya ke arah kiri dan langsung
pergi menuju sisi epistola.
Pada Offertorium:
imam memutar tubuhnya ke arah kiri, dan dari tengah altar imam berkata, oremus.
Pada bagian Orate
fratres sebelum doa secreta: imam memutar tubuhnya ke arah kanan,
berbalik ke pada pelayan altar dan berkata: Orate fratres. Setelah itu
imam langsung berbalik ke arah altar, memutar tubuhnya ke kanan sambil
melanjutkan: ut meum ac vestrum sacrificium acceptabile fiat apud Deum
Patrem omnipotentem. Ketika imam sudah menghadap alta, pelayan altar dengan
membungkuk menjawab: Suscipiat Dominus sacrificium de minibus tuis ad laudem
et gloriam nominis sui, ad utilitatem quoque nostrum, totiusque ecclesia suæ
sanctæ.
Pada doa postcommunio
sama seperti dalam doa collecta.
[5] Tentang sikap
ketika mengucapkan oremus, secara umum adalah: imam membuka dan
mengatupkan kembali tanganya. Ketika mengucapkan oremus imam menundukkan
kepala.
[6] Sekedar
catatan. Ada kebiasaan, bahwa imam atau orang lain yang menyampaikan homili,
membacakan terlebih dahulu bacaan-bacaan (epistola dan Injil) dalam
bahasa setempat. Pada bacaan epistola pelayan dan umum duduk, dan pada bagian
bacaan Injil pelayan dan umat berdiri. Setelah pembacaan Alkitab selesai, imam
menyapa umat dengan salam singkat, dan membuat tanda salib. Dan pada akhir
homili pun membuat tanda salib.
[7] Setiap kali
imam membuka tangan dan mengatupkannya kembali, pada Gloria in excelsis Deo,
dan Credo, imam memandang salib sesaat dan menundukkan kepala.
[8] Setiap kali
mengucapkan kata Iesu dan Maria, imam menundukkan kepala.