DSA RITUS BARAT DAN TIMUR
Dalam tradisi gereja, kita kenal dengan apa yang disebut
ritus, yang merujuk langsung kepada pengertian tata cara, atau ritual. Namun tidak
banyak yang mengenali – khusunya di Indonesia – bahwa dalam gereja Katolik yang
satu ini terdapat suatu ritus lain yang tidak disebut dengan nama ritus Barat
atau Latin. Ialah ritus Timur.
Ritus Timur biasa disebut gereja Orthodox, secara umum
mereka sama dengan ritus Latin. Ritus latin dan timur sama-sama mengakui hasil
keputusan Konsili Kalsedon, dan diikat dalam suatu pengakuan iman yang sama,
Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel.
Kita bahas tentang DSA (Doa Syukur Agung) atau dalam
istilah ritus Timur adalah anaphora merupakan suatu rumus doa yang
digunakan untuk mengkonsekrasi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
DSA senantiasa dibawakan pada setiap perjamuan kudus atau Ekaristi. Namun apa
yang membedakan DSA dari ritus Latin dan Ritus Timur?
Mari kita lihat bagian-bagiannya. Dalam ritus latin, DSA
dimulai dengan sapaan imam, “Tuhan sertamu” (dominus vobiscum), dan
dijawab umat “Dan sertamu juga (et cum spiritu tuo) – arti sebenarnya
adalah “dan bersama roh mu” – kemudian imam melanjutakan, “Marilah mengarahkan
hati kepada Tuhan”, umat menjawab, “Sudah kami arahkan”, dan dengan tangan
terentang imam berkata, “Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita”, dan umat
menjawab, “Sudah layak dan sepantasnya”. Dan menurut rubrik akan selalu disusul
dengan prefasi yaitu suatu prolog tentang misteri iman yang dirayakan
dalam Ekaristi, prefasi diakhiri dengan seruan kudus oleh umat. Imam dengan
merentangkan tangan membawakan doa syukur agung.
Dalam ritus latin ada 4 DSA dan 6 lampiran. Dan dalam ritus
latin format DSA sama, yaitu: doa epiklese, yaitu doa memohon agar Roh
Kudus turun atas persembahan dan mengubahnya menjadi Tubuh dan Darah Kristus,
dan yang tidak lama disusul dengan kisah institusi. Setelah kata-kata institusi
umat dengan ajakan imam membawakan anamnesis atau kenangan. Kemudian imam
mendoakan suatu rumus doa tentang kenangan atas Kristus yang wafat, bangkit dan
yang akan datang kembali. Doa persatuan bersama Bunda Allah, dan para kudus,
serta para hamba Allah, dengan Paus, para Uskup, para Imam, para Diakon, dan
seluruh umat di seluruh dunia, dan tidak lupa mendoakan mereka yang telah
meninggal dunia. Doa Syukur Agung ditutup dengan rumus Doksologi dalam
bahasa Yunani berarti pujian, dalam Doksologi ini imam dan umat serta semua
orang yang didoakan dalam DSA disatukan dalam pujian kepada Tritunggal Mahakudus
yang diahiri dengan seruan amin tiga kali. DSA dilanjutkan dengan doa Bapa kami
dengan ajakan yang singkat.
Dalam ritus Timur, tidak jauh berbeda dengan ritus latin,
yang membedakan adalah pada sapaan imam yang pertama, jika dalam ritus latin
disajikan secara singkat, maka dalam ritus timur imam berkata, “Rahmat Tuhan
kita Yesus Kristus, Cinta Kasih Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus,
bersertamu”, selebihnya sama.
Prefasi dalam ritus timur selama sepanjang tahun adalah
sama, isinya adalah tentang peristiwa penyelamatan Allah atas umat manusia
dalam diri Yesus Putra-Nya, dan diakhiri dengan kudus.
Ritus
timur dikenal dengan banyaknya jumlah DSA atau doa anaphora karena
setiap masa gerejawi mereka akan menggunakan DSA yang berbeda. Misalkan pada
masa Prapaskah, jika dalam ritus latin semua DSA itu sama seperti yang sudah
dijelaskan di atas, maka dalam ritus timur dalam masa ini, DSA tidak mengandung
kata-kata institusi Kristus. Sehingga ketika perjamuan kudus dilaksanakan kita
tidak akan mendengar kisah institusi seperti biasanya.
DSA
Ritus timur memiliki unsur pada umumnya: doa prolog, yaitu suatu pujian kepada
Allah Tritunggal, dan suatu rangkaian doa tentang perjamuan bersama para murid.
Kisah institusi, doa epiklese, dan anamnesis, doa anaphora ini diakhiri dengan kata
amin tiga kali.
Memang terkesan
singkat, namun pada kenyataannya memang singkat, jika dibandingkan dengan DSA
ritus latin yang mempunyai struktur DSA yang banyak, walau dalam ritus latin
mempunyai DSA tersingkat, yaitu DSA II dalam Ordo Misae. Ritus timur pada
umumnya mereka yang berasal dari ritus Bizantium mengenal Liturgi Ilahi St.
Yohanes Krisostomus dan ritus ini yang sering digunakan oleh orang-orang ritus
Bizantium. Lalu ada juga Liturgi Ilahi St. Basil yang dengan panjang lebar menceritakan "Sejarah Keselamatan", dan Liturgi Santo Gregorius yaitu liturgi yang tidak
mempunyai kisah institusi.
Namun apa
pun perbedaan yang ada ritus latin dan ritus timur, seperti apa yang dikatakan
dalam dokumen Gaudium et Spes, ritus timur adalah saudara terpisah ritus latin,
mereka terpisah bukan karena keinginan mereka, namun sejarahlah yang
menyatakannya. Pada zaman globalisasi ini, ritus timur juga sudah banyak yang
kembali ke pangkuan gereja Latin, sehingga kita akan mendengar istilah Katolik-Yunani,
katolik-Timur dll. Ketika mereka kembali ke pangkuan gereja latin, mereka telah
bersatu dalam komuni yang penuh, sehingga dalan KHK jika umat katolik roma
menerima komuni suci dari gereja katolik timur itu diperbolehkan. Yang tidak
boleh adalah menerima komuni dari gereja yang tidak mempunyai kesatuan penuh
dengan Paus. (ARM)
Semoga bermanfaat…
Jika ada
koreksi langsung hubungi saya lewat email, lihat profil lengkap saya.
Artikelnya saya tunggu-tunggu loh.... Kapan nulis lagi?
BalasHapusiya, lagi mencari bahan dan referensi...
Hapus