Translate

Minggu, 27 Juli 2014

DSA RITUS BARAT DAN TIMUR

DSA RITUS BARAT DAN TIMUR
          Dalam tradisi gereja, kita kenal dengan apa yang disebut ritus, yang merujuk langsung kepada pengertian tata cara, atau ritual. Namun tidak banyak yang mengenali – khusunya di Indonesia – bahwa dalam gereja Katolik yang satu ini terdapat suatu ritus lain yang tidak disebut dengan nama ritus Barat atau Latin. Ialah ritus Timur.
          Ritus Timur biasa disebut gereja Orthodox, secara umum mereka sama dengan ritus Latin. Ritus latin dan timur sama-sama mengakui hasil keputusan Konsili Kalsedon, dan diikat dalam suatu pengakuan iman yang sama, Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel.
          Kita bahas tentang DSA (Doa Syukur Agung) atau dalam istilah ritus Timur adalah anaphora merupakan suatu rumus doa yang digunakan untuk mengkonsekrasi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. DSA senantiasa dibawakan pada setiap perjamuan kudus atau Ekaristi. Namun apa yang membedakan DSA dari ritus Latin dan Ritus Timur?
          Mari kita lihat bagian-bagiannya. Dalam ritus latin, DSA dimulai dengan sapaan imam, “Tuhan sertamu” (dominus vobiscum), dan dijawab umat “Dan sertamu juga (et cum spiritu tuo) – arti sebenarnya adalah “dan bersama roh mu” – kemudian imam melanjutakan, “Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan”, umat menjawab, “Sudah kami arahkan”, dan dengan tangan terentang imam berkata, “Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita”, dan umat menjawab, “Sudah layak dan sepantasnya”. Dan menurut rubrik akan selalu disusul dengan prefasi yaitu suatu prolog tentang misteri iman yang dirayakan dalam Ekaristi, prefasi diakhiri dengan seruan kudus oleh umat. Imam dengan merentangkan tangan membawakan doa syukur agung.
          Dalam ritus latin ada 4 DSA dan 6 lampiran. Dan dalam ritus latin format DSA sama, yaitu: doa epiklese, yaitu doa memohon agar Roh Kudus turun atas persembahan dan mengubahnya menjadi Tubuh dan Darah Kristus, dan yang tidak lama disusul dengan kisah institusi. Setelah kata-kata institusi umat dengan ajakan imam membawakan anamnesis atau kenangan. Kemudian imam mendoakan suatu rumus doa tentang kenangan atas Kristus yang wafat, bangkit dan yang akan datang kembali. Doa persatuan bersama Bunda Allah, dan para kudus, serta para hamba Allah, dengan Paus, para Uskup, para Imam, para Diakon, dan seluruh umat di seluruh dunia, dan tidak lupa mendoakan mereka yang telah meninggal dunia. Doa Syukur Agung ditutup dengan rumus Doksologi dalam bahasa Yunani berarti pujian, dalam Doksologi ini imam dan umat serta semua orang yang didoakan dalam DSA disatukan dalam pujian kepada Tritunggal Mahakudus yang diahiri dengan seruan amin tiga kali. DSA dilanjutkan dengan doa Bapa kami dengan ajakan yang singkat.
          Dalam ritus Timur, tidak jauh berbeda dengan ritus latin, yang membedakan adalah pada sapaan imam yang pertama, jika dalam ritus latin disajikan secara singkat, maka dalam ritus timur imam berkata, “Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, Cinta Kasih Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus, bersertamu”, selebihnya sama.
          Prefasi dalam ritus timur selama sepanjang tahun adalah sama, isinya adalah tentang peristiwa penyelamatan Allah atas umat manusia dalam diri Yesus Putra-Nya, dan diakhiri dengan kudus.
Ritus timur dikenal dengan banyaknya jumlah DSA atau doa anaphora karena setiap masa gerejawi mereka akan menggunakan DSA yang berbeda. Misalkan pada masa Prapaskah, jika dalam ritus latin semua DSA itu sama seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka dalam ritus timur dalam masa ini, DSA tidak mengandung kata-kata institusi Kristus. Sehingga ketika perjamuan kudus dilaksanakan kita tidak akan mendengar kisah institusi seperti biasanya.
DSA Ritus timur memiliki unsur pada umumnya: doa prolog, yaitu suatu pujian kepada Allah Tritunggal, dan suatu rangkaian doa tentang perjamuan bersama para murid. Kisah institusi, doa epiklese, dan anamnesis, doa anaphora ini diakhiri dengan kata amin tiga kali.
Memang terkesan singkat, namun pada kenyataannya memang singkat, jika dibandingkan dengan DSA ritus latin yang mempunyai struktur DSA yang banyak, walau dalam ritus latin mempunyai DSA tersingkat, yaitu DSA II dalam Ordo Misae. Ritus timur pada umumnya mereka yang berasal dari ritus Bizantium mengenal Liturgi Ilahi St. Yohanes Krisostomus dan ritus ini yang sering digunakan oleh orang-orang ritus Bizantium. Lalu ada juga Liturgi Ilahi St. Basil yang dengan panjang lebar menceritakan "Sejarah Keselamatan", dan Liturgi Santo Gregorius yaitu liturgi yang tidak mempunyai kisah institusi.
Namun apa pun perbedaan yang ada ritus latin dan ritus timur, seperti apa yang dikatakan dalam dokumen Gaudium et Spes, ritus timur adalah saudara terpisah ritus latin, mereka terpisah bukan karena keinginan mereka, namun sejarahlah yang menyatakannya. Pada zaman globalisasi ini, ritus timur juga sudah banyak yang kembali ke pangkuan gereja Latin, sehingga kita akan mendengar istilah Katolik-Yunani, katolik-Timur dll. Ketika mereka kembali ke pangkuan gereja latin, mereka telah bersatu dalam komuni yang penuh, sehingga dalan KHK jika umat katolik roma menerima komuni suci dari gereja katolik timur itu diperbolehkan. Yang tidak boleh adalah menerima komuni dari gereja yang tidak mempunyai kesatuan penuh dengan Paus. (ARM)
Semoga bermanfaat…
Jika ada koreksi langsung hubungi saya lewat email, lihat profil lengkap saya.

2 komentar: