KONSTITUSI APOSTOLIK "MISSALE
ROMANUM"
KONSTITUSI APOSTOLIK
DENGAN INI DIMAKLUMKAN
MISALE ROMAWI YANG DIPUGAR
ATAS AMANAT KONSILI EKUMENIS VATIKAN II
Paulus Uskup,
Hamba Para Hamba Allah
Demi Kenangan Abadi
Missale Romanum yang
dimaklumkan oleh pendahulu kami, S. Pius V, pada tahun 1570 untuk melaksanakan
dekrit Konsili Trente, oleh semua orang diakui sebagai salah satu dari sekian
banyak buah yang manfaatnya tak terperikan, yang dihasilkan oleh Sinode Suci
itu bagi seluruh Gereja Kristus. Sebab selama empat abad buku ini tidak hanya
dipakai oleh para imam Ritus Romawi sebagai pegangan untuk melaksanakan kurban
ekaristis, tetapi juga disebarkan ke seluruh dunia oleh para pewarta Injil.
Lagi pula tak terbilang banyaknya orang kudus telah membina hidup rohani dan
kesalehan lewat bacaan-bacaan dan doa-doa Missale Romanum, yang sebagian
besar disunting oleh S. Gregorius Agung.
Akan tetapi, lama-kelamaan di kalangan umat kristen tumbuh dan
berkembang luas suatu minat mendalam untuk mengembangkan liturgi kudus. Oleh
pendahulu kami, Pius XII, gejala ini dinilai sebagai tanda nyata dari kehendak
Allah, yang dengan penuh kasih memperhatikan dan membimbing manusia zaman
sekarang, dan juga sebagai dorongan dari Roh Kudus, yang membawa berkat bagi
seluruh Gereja-Nya. Gerakan pembaruan liturgi itu semakin memperjelas kenyataan
bahwa rumus-rumus Missale Romanum perlu ditinjau kembali dan
disederhanakan. Mengawali usaha ini, pendahulu kami itu menerbitkan Tata
Perayaan Malam Paskah yang telah dipugar, kemudian juga Tata Perayaan Pekan
Suci yang telah dipugar. Dengan demikian pemugaran ini merupakan bagaikan
langkah pertama ke arah penyesuaian Missale Romanum pada cita-rasa baru
zaman sekarang.
Konsili Ekumenis Vatikan II baru-baru ini, melalui Konstitusi
Liturgi Sacrosanctum Concilium, telah meletakkan dasar untuk suatu
pembaruan menyeluruh atas Missale Romanum. Konstitusi ini menentukan,
bahwa pertama-tama "naskah dan tata cara harus diatur sedemikian rupa
sehingga mengungkapkan dengan lebih jelas hal-hal kudus yang
ditandakannya;" selanjutnya bahwa "Ordo Missae hendaknya
ditinjau kembali, agar menjadi lebih jelaslah makna dan hubungan setiap
bagiannya satu sama lain, sehingga mempermudah umat beriman berpartisipasi
secara khidmat dan aktif"; juga bahwa "khazanah harta Alkitab
hendaknya dibuka lebih lebar, agar makanan sabda Allah dihidangkan lebih
melimpah kepada umat beriman." Pada akhirnya Konstitusi menentukan bahwa
"hendaknya disusun suatu tata cara konselebrasi yang baru, dan disisipkan
dalam buku Pontificale Romanum dan buku Missale Romanum.”
Akan tetapi, jangan mengira bahwa pemugaran Missale Romanum
itu secara mendadak jatuh dari langit! Kemajuan dalam bidang studi liturgi
selama empat abad sebelumnya jelas sudah merintis jalan ke arah pemugaran itu.
Tidak lama sesudah Konsili Trente, penelaahan serta penelitian atas
"naskah-naskah kuno" yang ditemukan di Perpustakaan Vatikan dan di
tempat lain, menurut kesaksian pendahulu kami S. Pius V dalam Konstitusi
Apostolik Quo primum, telah memberikan andil yang tidak sedikit bagi
pemugaran Missale Romanum. Sejak itu banyak sumber-sumber liturgi kuno
ditemukan dan diterbitkan; begitu pula rumus-rumus liturgi Gereja Timur
dipelajari lebih mendalam. Banyak orang mengharapkan, agar khazanah ajaran dan
harta iman itu tidak dibiarkan terus tersembunyi dalam keremangan lemari-lemari
perpustakaan, tetapi dibuka dan dimanfaatkan untuk menerangi dan menghangatkan
hati serta budi orang kristen.
Sekarang kami ingin sedikit menguraikan garis besar susunan Missale
Romanum. Pertama-tama kami minta perhatian untuk Institutio Generalis
yang kami cantumkan sebagai Prooemium (Prakata). Di dalamnya dikemukakan
kaidah-kaidah baru untuk merayakan kurban Ekaristi, baik mengenai pelaksanaan
perayaannya serta tugas-tugas khusus para pelayan dan para peserta, maupun
mengenai perlengkapan dan tempat yang diperlukan untuk kebaktian ilahi.
Unsur pembaruan yang paling menonjol kiranya terletak dalam apa
yang kini lazim disebut Prex Eucharistica (Doa Syukur Agung). Dalam
Ritus Romawi bagian pertama doa ini, yakni "prefasi", sepanjang
sejarah selalu terbuka untuk aneka rumusan, tetapi bagian berikutnya, yang
dinamakan Canon, selama kurun waktu abad IV dan V memperoleh bentuk yang
tetap. Sebaliknya Liturgi-liturgi Timur selalu mengizinkan adanya variasi
tertentu dalam Anafora-anafora itu sendiri. Bertalian dengan ini,
pertama-tama Doa Syukur Agung diperkaya dengan banyak rumus prefasi, entah
diambil dari tradisi kuno Gereja Romawi entah digubah baru, agar dengan
demikian aspek-aspek khusus dari misteri keselamatan dapat ditampakkan dengan
lebih jelas, dan agar disajikan alasan-alasan yang lebih banyak dan lebih
berlimpah untuk bersyukur. Selain itu, kami menentukan bahwa Kanon Romawi
ditambah dengan tiga Doa Syukur Agung baru. Akan tetapi, baik atas pertimbangan
pastoral maupun demi kelancaran konselebrasi, kami menetapkan bahwa kisah
institusi harus sama dalam semua rumus Doa Syukur Agung. Dari sebab itu, kami
menghendaki, agar dalam setiap Doa Syukur Agung, kata-kata itu dirumuskan sebagai
berikut: Atas roti: Accipite et manducate ex hoc omnes! Hoc est enim Corpus
meum, quod pro vobis tradetur; dan atas piala: Accipite et bibite ex eo
omnes! Hic est enim calix sanguinis mei novi et aeterni testamenti, qui pro
vobis et pro multis effundentur in remissionem peccatorum. - Hoc facite in meam
commemorationem. Sedangkan kata Mysterium fidei dicabut dari konteks
kata-kata Kristus Tuhan dan diucapkan imam untuk membuka aklamasi umat.
Sejauh menyangkut Ordo Missae, "tata cara dibuat lebih sederhana
dengan tetap mempertahankan hal-hal yang pokok," dengan menghilangkan
"pengulangan dan tambahan tidak perlu yang muncul dalam perjalanan
sejarah," dalam kaitan dengan tata cara persembahan roti serta anggur dan
tata cara pemecahan roti serta komuni.
Selanjutnya, "beberapa hal yang menjadi pudar dikikis waktu
dihidupkan kembali selaras dengan kaidah-kaidah semasa para bapa Gereja;”
misalnya homili dan doa umat; juga tata cara tobat atau tata cara pendamaian
kembali dengan Allah dan sesama saudara, yang dilakukan pada permulaan
Ekaristi, kini mendapatkan kembali makna asli sebagaimana mestinya.
Konsili Vatikan II juga menentukan agar "dalam kurun waktu
beberapa tahun bagian-bagian penting dari Alkitab dibacakan kepada umat."
Oleh karena itu, seluruh khazanah bacaan hari Minggu diatur dalam lingkaran
tiga tahun. Kecuali itu, pada setiap hari Minggu dan hari raya pembacaan
surat-surat dan Injil didahului dengan satu bacaan lain, yang diambil dari
Perjanjian Lama atau - dalam Masa Paskah - dari Kisah Para Rasul. Dengan ini
kesinambungan proses dalam sejarah keselamatan menjadi lebih jelas, sebagaimana
tampak dalam sabda-sabda yang diwahyukan Allah sendiri. Khazanah bacaan Alkitab
yang melimpah ini, yang pada hari Minggu dan hari raya menyajikan bagian-bagian
yang paling penting, akan dilengkapi dengan kutipan-kutipan lain dari Alkitab,
yang dibawakan pada hari-hari lain.
Semua itu diatur demikian agar dalam hati umat beriman
terus-menerus dibangkitkan rasa lapar yang semakin besar akan sabda Allah. Di
bawah bimbingan Roh Kudus kiranya kelaparan ini mendorong umat Perjanjian Baru
ke arah persatuan sempurna Gereja. Dengan demikian kami sungguh yakin, bahwa
para imam dan umat akan dapat menyiapkan hatinya dengan lebih baik untuk
merayakan perjamuan Tuhan, dan dengan merenungkan Alkitab secara mendalam,
mereka sekaligus makin dikuatkan oleh sabda Allah. Kesimpulannya ialah: Sesuai
dengan anjuran Konsili Vatikan II semua orang akan mengakui Alkitab sebagai
sumber abadi kehidupan rohani, sebagai dasar semua pengajaran kristiani, dan
sebagai intisari segala penelaahan teologis.
Pemugaran Missale Romanum tidak terbatas pada ketiga bagian
yang sudah kami sebut di atas, yakni Doa Syukur Agung, Tata Perayaan Ekaristi,
dan Tata Bacaan Misa. Bagian-bagian lain pun telah ditinjau kembali dan banyak
diubah, yakni Rumus untuk Hari-hari Minggu dan Hari Biasa, Rumus Khusus Para
Kudus, Rumus Umum Para Kudus, rumus Misa Ritual, dan rumus yang lazim disebut
Misa Votif. Dalam hal ini diberi perhatian khusus pada rumus-rumus doa; jumlahnya
menjadi lebih banyak, supaya lebih tepat menanggapi keperluan baru zaman
sekarang, dan doa-doa kuno yang telah ditelaah secara kritis dipulihkan seturut
jiwa aslinya. Dengan demikian, masing-masing hari biasa dalam masa-masa liturgi
utama, yakni Masa Adven, Natal, Prapaskah, dan Paskah, kini dilengkapi dengan
rumus-rumus doa sendiri.
Tinggal Graduale Romanum, yang teksnya tidak mengalami
perubahan, sekurang-kurangnya sejauh menyangkut lagunya. Namun dalam rangka
menyajikan naskah yang lebih mudah dipahami, mazmur tanggapan (yang sering
disinggung oleh S. Agustinus dan S. Leo Agung) telah dipugar; demikian pula
'antifon pembuka' dan 'antifon komuni' telah dipugar, supaya lebih mudah dapat
digunakan dalam Misa tanpa nyanyian.
Akhir kata, dari semua yang sudah kami beberkan mengenai Missale
Romanum, kami ingin menggarisbawahi satu hal ini: Ketika pendahulu kami, S.
Pius V, memaklumkan edisi perdana Missale Romanum, ia menampilkannya
kepada umat kristen sebagai sarana kesatuan liturgis dan tugu peringatan yang
mengungkapkan kebaktian yang tulus dan khidmat dalam Gereja. Begitu pula kami!
Walaupun kami, seturut ketentuan Konsili Vatikan II, membenarkan
"perubahan dan penyesuaian yang wajar" terhadap Missale baru,
namun harapan kami tidaklah berbeda, yakni agar Missale ini disambut
oleh umat beriman sebagai bantuan untuk membuktikan dan mengukuhkan persekutuan
mereka satu sama lain. Semoga dengan Missale ini, dalam keanekaan sekian
banyak bahasa, semua memanjatkan doa yang sama kepada Bapa surgawi, dengan pengantaraan
Yesus Kristus, Imam Agung kita, dalam Roh Kudus: doa yang melebihi harumnya
dupa mana pun.
Kami menghendaki bahwa ketentuan dan ketetapan-ketetapan ini
diberlakukan secara mantap dan efektif sekarang dan pada masa yang akan datang,
tanpa terhalang oleh konstitusi dan ketetapan apostolik yang dimaklumkan oleh
para pendahulu kami - sejauh ada yang nadanya berbeda - atau oleh ketentuan
lain mana pun, termasuk yang selayaknya disebut dan dicabut secara eksplisit.
Roma, 3 April 1969
Hari Raya Kamis Putih
Paulus VI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar