POLA PIKIR MASYARAKAT MAJEMUK
POLA
PIKIR MASYARAKAT MAJEMUK
Pola pikir merupakan unsur utama dalam sistem
kemasyarakatan yang memiliki budaya yang cukup berkembang dengan baik, setiap
orang mempunyai anggapan atau pendapat yang berbeda dengan orang lain mengenai
suatu hal. Namun dari pola pikir inilah
kebudayaan suatu masyarakat dibentuk dan berkembang. Pada prinsipnya dalam
masyarakat majemuk cenderung mempunyai pola pikir yang relative sama, terlebih
di daerah perkotaan, memiliki motivasi hanya untuk diri sendiri (ego), dan kurang
memperhatikan orang lain, lalu sikap merekapun cenderung menanggapi segala
sesuatu dengan kritis tanpa adanya proses berpikir matang-matang.
Berbeda dengan orang
yang ada di daerah pedesaan. Mereka cenderung bergotong royong, dan
kekeluargaan, berbeda dengan orang kota, orang di desa lebih memiliki motivasi
untuk kebersamaan, dan senang membantu orang lain. Mereka pula lebih cenderung
menanggapi berbagai persoalan dengan tenang dan menyelesaikan permasalahan
dengan jalan kekeluargaan, mereka akan senantiasa mencari Medio tutissimus ibis
{jalan tengah yang terbaik}.
Orang yang sudah memiliki pola pikir
yang terlanjur kaku akan senantiasa mudah terprofikasi, namun hal itu dapat
diminimalisir dengan mengubah pola pikir yang lebih terbuka dengan situasi dan
kondisi real yang ada dalam masyarakat. Pola pikir yang cenderung terprofokasi
sering ditemui di daerah kota ketimbang desa, hal itu terlihat jelas bahwa
dalam kehidupan politik banyak orang yang terprofokasi dan yang bertindak
sebagai profokator.
Kemajemukan masyarakat mengakibatkan
Disharmonis SARA yang mengakibatkan pecahnya rasa persatuan dan kesatuan. Suku
melawan suku, agama melawan agama dan lebih parah lagi bahwa Homo homini
lupus (manusia adalah serigala untuk manusia lain [Thomas
Hobbes]) sungguh suatu hal yang sangat menakutkan untuk
dibayangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar