Translate

Selasa, 25 Desember 2012

POLA PIKIR MASYARAKAT MAJEMUK



POLA PIKIR MASYARAKAT MAJEMUK

            Pola pikir merupakan unsur utama dalam sistem kemasyarakatan yang memiliki budaya yang cukup berkembang dengan baik, setiap orang mempunyai anggapan atau pendapat yang berbeda dengan orang lain mengenai suatu hal.  Namun dari pola pikir inilah kebudayaan suatu masyarakat dibentuk dan berkembang. Pada prinsipnya dalam masyarakat majemuk cenderung mempunyai pola pikir yang relative sama, terlebih di daerah perkotaan, memiliki motivasi hanya untuk diri sendiri (ego), dan kurang memperhatikan orang lain, lalu sikap merekapun cenderung menanggapi segala sesuatu dengan kritis tanpa adanya proses berpikir matang-matang.

            Berbeda dengan orang yang ada di daerah pedesaan. Mereka cenderung bergotong royong, dan kekeluargaan, berbeda dengan orang kota, orang di desa lebih memiliki motivasi untuk kebersamaan, dan senang membantu orang lain. Mereka pula lebih cenderung menanggapi berbagai persoalan dengan tenang dan menyelesaikan permasalahan dengan jalan kekeluargaan, mereka akan senantiasa mencari Medio tutissimus ibis {jalan tengah yang terbaik}.

            Orang yang sudah memiliki pola pikir yang terlanjur kaku akan senantiasa mudah terprofikasi, namun hal itu dapat diminimalisir dengan mengubah pola pikir yang lebih terbuka dengan situasi dan kondisi real yang ada dalam masyarakat. Pola pikir yang cenderung terprofokasi sering ditemui di daerah kota ketimbang desa, hal itu terlihat jelas bahwa dalam kehidupan politik banyak orang yang terprofokasi dan yang bertindak sebagai profokator.

            Kemajemukan masyarakat mengakibatkan Disharmonis SARA yang mengakibatkan pecahnya rasa persatuan dan kesatuan. Suku melawan suku, agama melawan agama dan lebih parah lagi bahwa Homo homini lupus (manusia adalah serigala untuk manusia lain [Thomas Hobbes]) sungguh suatu hal yang sangat menakutkan untuk dibayangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar